News

Tahukah Kamu, Semut Ternyata Bisa Deteksi Gempa Bumi Lho!

Selama periode penelitian, perilaku semut merah direkam dalam video, 24 jam sehari

MATA INDONESIA, JAKARTA – Manusia kini tengah berkutat untuk menciptakan alat canggih siaga bencana. Khususnya untuk mendeteksi terjadinya gempa bumi. Selama ini belum ada alat yang bisa mendeteksi kapan terjadinya gempa bumi, karena masih terbatas ketika sudah adanya getaran yang terasa.

Namun tahukah anda, sebenarnya ada seekor makhluk hidup yang mampu mendeteksi gempa. Adalah hewan semut yang mampu melakukan hal tersebut. Sebuah penelitian di Jerman yang dipimpin Gabriele Berberich dari University Duisburg-Essen, Jerman, menemukan perubahan perilaku semut ketika gempa bumi akan terjadi.

Para peneliti tersebut mengamati perilaku semut merah hutan (red wood ant). Ternyata benar, ketika akan terjadi gempa, gelagat semut itu berubah menjadi kegelisahan. Hal ini terlihat dari dilanggarnya pola hidup diurnal (aktif di siang hari untuk mengumpulkan makanan dan beraktivitas, kemudian istirahat di malam hari).

Namun, ketika gempa akan terjadi, koloni semut merah ini akan terus terjaga sepanjang malam di luar sarang mereka sekalipun situasi ini membuat mereka rentan diserang pemangsa. Saat gempa usai, perilaku mereka normal kembali.

Dalam penelitian itu, perilaku semut merah terpantau normal sehari setelah gempa berlalu. Penelitian ini sendiri dilakukan selama tiga tahun pada 2009-2012. Selama periode penelitian, perilaku semut merah direkam dalam video, 24 jam sehari. Dalam rentang waktu penelitian, tercatat ada 10 kali gempa dengan kekuatan berkisar 2-3,2 skala Richter (SR).

Dari peristiwa inilah, para peneliti menemukan perubahan perilaku setiap kali gempa bakal terjadi, yang itu pun hanya terjadi untuk gempa dengan kekuatan melebihi 2 SR. Gempa 2 SR juga merupakan kekuatan getaran terkecil yang bisa dirasakan manusia.

Berberich menjelaskan perubahan perilaku semut sebelum gempa bumi diduga ada kaitannya dengan reseptor yang mereka miliki. Perubahan perilaku ini juga dikaitkan dengan berubahnya emisi gas atau medan magnet bumi yang terjadi di habitat semut ketika gempa terjadi.

“Semut merah hutan memiliki dua reseptor. Keduanya ialah reseptor kimi (chemoreceptor) untuk mendeteksi kadar karbon dioksida dan reseptor magnet (magnetoreceptor) untuk “memantau” medan electromagnet,” kata Berberich sebagaimana dikutip OurAmazingPlanet, Senin 1 Oktober 2018.

Meski demikian, Berberich dan timnya masih belum yakin mengapa atau bagaimana mereka bereaksi pada rangsangan atau stimulus yang muncul. “Kami berencana memperdalam kajian ini di wilayah dengan aktivitas kegempaan lebih tinggi untuk melihat reaksi semut-semut merah terhadap gempa yang lebih besar,” ujarnya. (Rayyan Bahlamar)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close