Viral

Tak Cukup Jago Bahasa Inggris, Capres Itu Dipilih Karena Rekam Jejaknya

MATA INDONESIA, JAKARTA – Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengusulkan agar debat calon presiden dan wakil presiden nantinya menggunakan bahasa Inggris. Banyak pertanyaan seberapa pentingkah penggunaan bahasa asing dalam debat calon pemimpin negara ini?

Menurut Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Hasto Kristiyanto, ketimbang melempar usulan tersebut, pihaknya lebih memilih rekam jejak (track record) capres dan cawapres menjadi hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam mencari pemimpin. Menurutnya, pemimpin yang baik ialah yang memberi teladan.

“Ukuran seorang pemimpin adalah yang dilihat dari rekam jejaknya, moralitas pemimpin, tak punya tradisi buruk di masa lalu. Pemimpin memberi keteladanan. Pemimpin itu mencintai Indonesia Raya, mencintai rupiah bukan menimbun dolar, misalnya,” ujar Hasto di Jakarta, Kamis 14 September 2018.

Konsistensi ucapan dan tindakan dinilai lebih penting, karena rakyat membutuhkan seorang pemimpin yang tak cuma pandai bicara. Hasto pun menekankan soal rekam jejak calon pemimpin. Sekjen PDIP ini tampilan bicara yang baik tak guna jika punya rekam jejak buruk.

“Buat apa seorang pemimpin yang tampilan berbicaranya baik tapi punya tradisi kekerasan masa lalu? Buat apa punya pemimpin kelihatan baik dalam ucapan tapi punya tradisi untuk mendapatkan kursi pencalonannya dengan membayar partai lain atau politik mahar? Itu kan juga dilihat,” ujar Hasto.

Dengan melihat track record tersebut, menurutnya, dapat diketahui moralitas calon pemimpin. Meski demikian, Hasto mengatakan kubu Jokowi-Ma’ruf akan mengikuti mekanisme yang akan diatur KPU.

“Jadi moralitas bagi pemimpin adalah satunya kata dan perbuatan. Kita ingin menyampaikan kontestasi itu dari track record-nya, dari gagasan-gagasannya. Jadi kami akan ikuti tahapan KPU, kami akan taati,” ujarnya.

Kendati dikritisi usulan kubu Prabowo tersebut, kubu Jokowi-Ma’ruf Amin juga menawarkan usulan agar ada sesi bahasa Arab saat debat, dan dilakukan tes membaca Alquran.

“Mengingat bahasa Arab juga menjadi salah satu bahasa internasional dan mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam maka bisa sejalan,” kata Wasekjen DPP PPP yang juga anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Indra Hakim Hasibuan.

Agar fair dan objektif, lanjut Indra, maka panelisnya bisa dari perwakilan ulama terkemuka ataupun syeikh dari Saudi Arabia maupun Mesir.”Kami juga berharap dalam materi debat juga menyampaikan program yang konkret bukan hanya sekadar wacana. Misalnya, setiap satu persoalan disertai solusi dan contoh penanganan. Sehingga rakyat Indonesia bisa mengetahui detail dan memahami ide besar ataupun gagasan dari para capres,” ujarnya. (Tian)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close