HeadlineViral

Terduga Pemerkosa Staf BPJS TK Ternyata Pernah Jadi Dubes, Ini Profil Lengkapnya

MATA INDONESIA, JAKARTA – Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS TK) dihebohkan dengan pengunduran salah satu anggota Dewan Pengawas (Dewas), Syafri Adnan Baharuddin.

Ia mengundurkan diri lantaran tersandung kasus dugaan pemerkosaan asistennya yang berinisial RA. Syafri menyampaikan pengunduran diri tersebut saat konferensi pers di Hotel Hermitage, Jakarta Pusat, Minggu 30 Desember 2018.

Lalu siapakah Syafri sebenarnya? Menurut Kepala Bidang Advokasi lembaga swadaya masyarakat BPJS Watch, Timboel Siregar, mengatakan Syafri memiliki rekam jejak buruk, beberapa di antaranya terkait komunikasi dengan karyawan lain atau dewan pengawas lainnya dan direksi BPJS TK.

Syafri, lanjut Timboel, menyebut pernah dilaporkan ke Dewan Jakinan Sosial Nasional (DSJN) dan direkomendasikan agar dilepas jabatannya. Tapi, hal tersebut tidak diteruskan.

Berdasarkan situs bpjsketenagakerjaan.go.id, Syafri merupakan lulusan D4 Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Setelah selesai, langsung mengambil gelar master di Master of Business Administration dari University of Rochester, New York, USA.

Kemudian, Syafri mengambil gelar doktoral di Universitas Gajah Mada jurusan kebijakan Publik. Dari situs yang sama, ia pernah menjabat sebagai dosen Program S2 MAKSI di Universitas Indonesia.

Setelahnya, Baharuddin pernah menjabata sebagai Ketua Ikatan Akutansi Indonesia (IAI). Latar belakangnya di bidang keuangan membawanya menjadi Auditor Utama BPK-RI dan pernah menjadi Direktur Pengawasan Keuangan Daerah di BPKP.

Pangkatnya naik menjadi Asisten Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Keterpaduan Kebijakan dan Pengawasan. Di kancah internasional, Syafri pernah menjabat sebagai Ketua G-33 (Agriculture Country) dan Ketua Caucus APEC, Jenewa-Swiss dan Duta Besar RI untuk WTO di Swiss.

Kembali ke Indonesia, ia dipercaya sebagai Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Manajemen Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Negara.

Terkait tudingan kasus dugaan pemerkosaan itu, Syafri membantah tuduhan itu. “She’s not a special one,” kata Syafri.

Syafri menegaskan tak pernah membeda-bedakan bawahan. Dia mengklaim semua anak buahnya diperlakukan dengan sama baik, begitu juga staf yang mengaku diperkosa itu.

“Saya tahu persis keluarga yang bersangkutan, ini anak tunggal, harapan apa kepada dia, saya bantu dia, saya bantu sekolah, dan saya lakukan itu kepada semua orang,” ujar Syafri.

Sementara Ade Armando, pendamping staf tersebut menyebut ada bukti chat romantis dari Syafri ke mahasiswinya itu.

“Ini bukan soal pemerkosaan biasa, ini power abuse, ini bukan pemerkosaan biasa. Ada WA dari si terduga pelaku ini yang sangat romantis, sangat ingin mengawini, ingin hidup selamanya dengan A***, sementara orang ini punya istri dan anak,” ujar Ade.

Ade bahkan mengungkapkan jika mahasiswinya itu sempat ingin bunuh diri karena kasus ini. Namun akhirnya memutuskan melawan.

Niatnya adalah tak ingin kasus serupa terjadi pada perempuan lainnya. “Orang ini semena-mena menggunakan power-nya, perjalanan dinas berdua saja tanpa ada yang lain. (Buka-bukaan soal kasus pemerkosaan) Ini adalah upaya pembenahan di dalam. Orang harus tahu apa yang terjadi, dan orang ini (Syafri) harus berhenti. Tanpa diduga, reaksi Dewan Pengawas membiarkan dan melindungi,” ujar Ade. (Nur Cholis)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close