HeadlineKisah

Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia yang Kecewa Ditipu Produser Italia

MATA INDONESIA, JAKARTA – Berbicara tentang Usmar Ismail, kalian pasti langsung terbesit dengan sebuah sosok fenomenal peletak idealisme perfilman Indonesia. Kata dia, pembuatan film tidak tergantung pada soal komersial belaka. Melainkan hasil karya seni yang bebas dan mencerminkan kepribadian nasional.

Salah satu karya film yang paling terkenal, Darah dan Doa (1950). Sebuah film yang disebut-sebut sebagai tonggak pembaharuan pembuatan film Indonesia.

Darah dan Doa diadaptasi dari cerita pendek karya Sitor Situmorang, yang mengisahkan tentang Kapten Sudarto, guru yang terlibat revolusi fisik, termasuk perjalanan panjang antara Yogyakarta dan Bandung yang dilakukan Pasukan Divisi Siliwangi pada 1948.

Dalam film itu, pria kelahiran Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921 ini mengangkat cerita perjalanan panjang penuh derita itu terpaksa dilakukan sebagai dampak perjanjian Renville yang merugikan Indonesia.

Belanda lantas melaksanakan agresi yang dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda II dengan menguasai Yogyakarta. Dalam film, Kapten Sudarto dicitrakan sebagai seorang peragu alih-alih pahlawan yang heroik.

Dalam perjalanannya, dia terlibat cinta dengan dua orang perempuan. Padahal, sang kapten sudah beristri.

“Saya tertarik kepada kisah Sudarto, karena menceritakan secara jujur kisah manusia dengan tidak jatuh menjadi film propaganda yang murah,” ujar Usmar Ismail.

Namun, ada satu film yang membuat hidupnya tersiksa dan berakhir dengan kematiannya yang relatif muda. Film itu berjudul “Adventure in Bali” atau “Incontro d′amore a Bali” yang dibuat pada tahun 1970.

“Usmar meninggal dunia dalam usia belum genap 50 tahun. Walaupun Usmar tidak pernah membicarakannya dengan saya, namun saya pikir dia telah mengalami kekecewaan berat dan stress akibat joint-production Perfini dengan sebuah perusahaan film Italia membuat film cerita dengan lokasi Bali,” tulis Rosihan Anwar, wartawan senior dan ipar Usmar Ismail, dalam “Di Balik manusia Komunikasi,” tulisan persembahan untuk 75 Tahun M. Alwi Dahlan, kemenakan Usmar Ismail.


salah satu adegan film Incontro d amore a Bali

Ketika itu, Usmar Ismail menjabat sebagai direktur Perfini bekerjasama dengan International Film Company dari Italia, membuat film Adventures in Bali.

Seperti yang ia tulis dalam surat pembaca di majalah Ekspres, 21 Desember 1970, Usmar mengatakan, “Untuk diketahui perlu juga kami menjelaskan bahwa dalam usaha kerjasama ini ternyata pihak Perfini telah banyak sekali dikecewakan oleh pihak Italia, terutama mengenai penyelesaian soal honorarium artis dan karyawan, soal mengenai biaya hotel yang sekarang dibebankan kepada Perfini.”

Menurut perjanjian, kata Rosihan, nama Usmar sebagai sutradara akan dicantumkan dalam versi film yang diedarkan di Eropa. “Ternyata waktu Usmar berkunjung ke Roma melihat penyelesaian film Bali itu namanya sama sekali tidak disebut. Usmar sudah ditipu oleh produser Italia,” kata Rosihan.

Pada 31 Desember 1970, Usmar pulang dari Italia untuk mengurus kopi film Adventure in Bali, yang ternyata untuk peredaran di Indonesia tidak dikirim. Film ini dirilis dengan judul Bali pada 1971, namun gagal menggaet penonton. Film ini kemudian diedit ulang oleh sutradara Ugo Liberatore dan Paolo Heusch, dan diberi judul baru, Incontro d’amore a Bali.

Tepat 2 Januari 1971, Usmar meninggal karena pendarahan di otak. “Ada pikiran untuk mengadakan operasi di otaknya. Namun, untuk itu tidak mungkin lagi,” kata Rosihan.

Semasa hidupnya, Usmar memang akrab dengan dunia puisi dan sandiwara. Bahkan mantan tentara berpangkat Mayor di Yogyakarta ini juga menggeluti jurnalistik. Ia pernah menjadi pendiri dan redaktur Patriot, redaktur majalah Arena, Yogyakarta (1948), “Gelanggang”, Jakarta (1966-1967). Dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (1946-1947).

Dalam kariernya sebagai sutradara, Usmar sempat mendapat ilmu bidang sinematografi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1952. Selama hidupnya, antara tahun 1950-1970, Usmar Ismail membuat 33 film layar lebar: drama (13 film), komedi atau satire (9 film), aksi (7 film), musical/entertainment.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close