unique visitors counter
Gaya HidupHeadline

Wajib Tahu! Ini 7 Fakta Styrofoam Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan

MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak sekali pedagang di Indonesia yang menggunakan styrofoam untuk mengemas makanan yang mereka jual.  Namun banyak anggapan bahwa penggunaan styrofoam justru dapat memicu penyakit serius, seperti kanker dan tidak ramah lingkungan.

Hal tersebut langsung disangkal Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran (LPTM) ITB Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D. Menurut dia, styrofoam atau biasa juga disebut polisterina hanya mengandung 10-43 ppm stirena dalam setiap kemasannya.

Jumlah tersebut masih dalam batas aman sesuai standard WHO dan Badan POM di mana angka bahaya di atas 5.000 ppm. “Stirena, zat kimia yang disebut berbahaya bagi tubuh, sebenarnya juga ada beberapa makanan yang lazim dikonsumsi, seperti strawberry, kopi, dan kayu manis yang secara alamiah juga terdapat kandungan stirena di dalamnya,” kata Akhmad Zainal di Jakarta, Minggu 18 November 2018.

Terkait styrofoam tidak ramah lingkungan, Akhmad Zainal juga membantahnya. Sebab, unsur yang membentuk styrofoam adalah karbon, oksigen, dan hidrogen.

Komposisi plastik di dalam kemasan makanan polistirena hanya sebesar 5-10 persen, selebihnya adalah udara. Jadi, kata dia, styroafoam merupakan zat organik.

“Jadi anggapan styrofoam sebagai penyebab banjir, sebenarnya tidak benar. Banjir diakibatkan adanya sampah yang menghalangi aliran air. Karena sifatnya yang ringan, Styrofoam justru mengapung dan mengikuti level permukaan air. Yang menyumbat aliran air dan menyebabkan banjir adalah sampah-sampah berat seperti dari kayu atau akar pohon,” kata Zainal.

Ilustrasi styrofoam
Ilustrasi styrofoam

Keunggulan lainnya, styrofoam dapat didaur ulang secara maksimal. Kemasan ini dapat dipecah dan diubah menjadi produk baru yang dapat berguna untuk kemasan elektronik.

Bahkan di Indonesia, lanjutnya, sudah ada yang memanfaatkan sampah kemasan makanan polistirena menjadi beton ringan dan absorber atau pembersih senyawa sulfur. Absorber sulfur sangat berguna untuk meningkatkan kualitas bahan bakar Pertamina sehingga kandungan sulfur bahan bakar tersebut semakin kecil.

Styrofoam aman untuk mengemas makanan juga dipertegas dengan keputusan BPOM. Kasubdit Standarisasi Produk dan Bahan Berbahaya, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, BPOM Indonesia, Dra. Ani Rohmaniyati MSi., menuturkan bahwa pengujian untuk kemasan makanan ini sudah dilakukan sejak tahun 2009 oleh BPOM.

BPOM memberi pernyataan bahwa kemasan tersebut aman untuk digunakan masyarakat Indonesia.

Berikut adalah fakta-fakta mengenai styrofoam yang harus diketahui masyarakat Indonesia:

Menjaga kebersihan dan kualitas makanan

Kemasan berbahan busa polistirena ini dapat menahan dingin di dalamnya dalam waktu yang lama. Sehingga dapat menjaga bahan makanan yang sensitif dengan perubahan suhu (temperature-sensitive) tetap segar.

Paling Ekonomis

Harga satuan kemasan ini biasa dibanderol sebesar 200-300 rupiah. Untuk pedagang kaki lima, harga ini sangat ideal. Karena murah, mereka tidak perlu membebani konsumen.

Hemat Energi

Bahan ini 50 persen lebih hemat energi jika dibandingkan kemasan berbahan kertas yang dilapisi plastik dan 30 persen lebih hemat energi jika dibandingkan pembungkus makanan dari PLA (berbahan mentah jagung).

Proses produksi dari busa polistirena mengkonsumsi air jauh lebih sedikit dibandingkan sejumlah alternatif lain. Kemasan busa polistiren bisa dua sampai lima kali lebih ringan dibandingkan kemasan kertas padanannya. Hal ini berarti mengurangi emisi karbon dioksida ke udara pada pengangkutan produk.

Aman bagi kesehatan

Residu stirena yang terpapar ke makanan pun dalam batas yang sangat aman, yakni 10-45 ppm sedangkan batas standard aman BPOM & WHO adalah 5,000 ppm.

Berkelanjutan bagi lingkungan

Dari sisi penggunakan energi, kemasan makanan dari polistirena ini sangat hemat dalam proses pembuatan dan pemakaiannya, dan dari sisi pendaur-ulangan sampahnya juga punya potensi yang lebih baik. Sebab kemasan ini dapat didaur ulang (recycled) atau diperoleh ulang (recovery) menjadi barang baru seperti kemasan polistirena untuk elektronik, beton ringan dan absorber sulfur.

Punya Nilai Ekonomis

Dari timbunan sampah yang ada di Indonesia, styrofoam adalah yang paling dicari oleh para pemulung karena lebih bernilai ekonomis. Ini adalah hasil temuan yang didapat oleh Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D dan tim saat melakukan survei sampah di lebih dari belasan sungai-sungai besar di pulau Jawa.

Asal tahu saja, Inggris, Jerman, Amerika, dan Kanada melegalkan pemakaian styrofoam dan dilengkapi dengan sistem pengolakan sampah yang terintegrasi.

Seperti layaknya di Indonesia, pemerintah Inggris, Jerman, Amerika, dan Kanada tidak melarang pemakaian kemasan makanan dari busa polistirena ini. Justru mereka membuat sistem pengolahan sampah yang sangat baik, untuk memastikan sampah kemasan ini dapat dipergunakan secara maksimal.

Seperti di Inggris, terdapat 25 lokasi sarana daur ulang busa polistirena. Sementara di Jerman, 98 persen dari kemasan busa polistirena yang dikembalikan ke tempat penampungan sampah didaur ulang. Di California, Amerika Serikat, 20 persen dari seluruh penduduknya memiliki akses daur ulang untuk kemasan jajanan makanan pinggir jalan.

Satu di antara empat warga Kanada dapat mengakses layanan dinas kota untuk daur ulang busa polistirena, sedangkan untuk busa polistirene non food grade (untuk kemasan elektronik besar) satu di antara dua warga Kanada dapat mengakses layanan daur ulang dari pemerintah mereka. (Puji Christianto)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close