
MATA INDONESIA, JAKARTA-Indonesia memiliki potensi besar di dunia, tak hanya sumber daya alamnya yang indah, namun sumber daya manusianya juga mumpuni tak kalah dengan negara di dunia.
Salah satunya keberadaan dokter yang berprestasi, bahkan keahliannya sudah diakui oleh dunia. Namun, ada beberapa dari mereka karya dan prestasinya justru diakui oleh negara lain, namun di Indonesia sendiri tidak.
Penasaran, siapa saja dokter yang hebat dan terkenal di dunia, berikut ulasannya:
- Prof dr Eka Julianta Wahyoepramono
Prof dr Eka Julianta Wahyoepramono adalah spesialisasi ahli bedah syaraf (neurosurgeon), khususnya bedah batang otak. Bahkan profesi ini sangat langka di negeri ini.
Sebagai ahli bedah syaraf, nama dr Eka Julianta tak diragukan lagi. Reputasinya tidak hanya di tingkat nasional, tetapi sudah mendunia. Misalnya, dia adalah visiting professor di Harvard
University Medical School. Prestasi ini sampai saat ini belum bisa disamai oleh dokter-dokter Indonesia lainnya.
Dr Eka Julianta Wahjoepramono tercatat sebagai dokter pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berhasil membedah batang otak pasien. Sukses ini juga yang melambungkan namanya ke kancah internasional, dan disegani dokter-dokter bedah saraf dunia.
- Prof. dr. Sri Suparyati, Sp.A.(K), Ph.D.,
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) menerima penghargaan internasional sebagai dokter spesialis anak terbaik dari Asosiasi Dokter Anak Asia-Pasifik atau APPA.
Penghargaan Outstanding Asian Pediatric Award tersebut diterimanya akibat prestasi-prestasinya yang dianggap menonjol dalam penelitian mengenai penyakit diare pada anak selama tiga tahun terakhir. Penghargaan diberikan dalam konferensi APPA di Shanghai, China, yang berlangsung pada 4–18 Oktober 2009.
Hasil penelitian tersebut pada akhirnya mengubah terapi pengobatan diare yang sebelumnya lebih banyak menggunakan antibiotik. Hasil penemuan tersebut pada akhirnya mendorong Pemerintah Indonesia untuk memproduksi vaksin rotavirus dengan harga yang cukup murah.
Sebab, vaksin diare yang ada selama ini relatif mahal. Bekerja sama dengan Melbourne University dan PT Biofarma, vaksin tersebut direncanakan akan dipasarkan mulai tahun 2012 di Indonesia.
- Dr Warsito
Dr. Warsito merupakan dokter yang merancang jaket anti kanker, karya beliau sudah melanglang buana dan banyak digunakan oleh berbagai organisasi dunia. Bahkan sekaliber NASA juga menggunakan jaket tersebut.
Dokter kelahiran Karanganyar 15 Mei 1967 ini yang berbasis teknologi ECVT itu terdiri dari empat perangkat yakni brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive therapy, dan breast cancer electro capacitive therapy.
Tapi ketika beliau ke Indonesia, beliau harus menerima kekecewaan, karya beliau ditolak oleh Kemenkes.
- Prof. Dr. Irwandi Jaswir
Profesor ini ini tidak jauh beda dengan apa yang dialami dr Warsito, profesor Irwandi merupakan ahli produk halal dunia. Tapi Beliau juga tidak diterima di negeri sendiri, akhirnya beliau memilih berkiprah di negerti tetangga, Malaysia.
Prof. Dr. Irwandi Jaswir, M.Sc. adalah seorang ilmuwan dan ahli bioteknologi Indonesia. Saat ini dirinya bekerja sebagai koordinator riset di Halal Industry Research Centre, Universitas Islam Internasional Malaysia, Kuala Lumpur.
- Prof. Dr. Ken Soetanto
Prof. Dr. Ken Kawan Soetanto merupakan seorang profesor di School of International Liberal Studies (SILS) dan mantan Dekan Urusan Internasional Divisi Waseda University.
Dr Soetanto adalah pakar yang memegang empat gelar doktor dalam disiplin ilmu yang terpisah (Rekayasa, Kedokteran, Farmasi Sains dan Pendidikan), dan penelitian pada latar belakang yaitu bidang interdisipliner dari bidang kempat ini.
Ia telah mempublikasikan secara luas di beberapa bidang, terutama psikologi, pendidikan, pedagogi, mekanisme motivasi, obat-obatan, DDS, pengukuran dan peralatan, serta rekayasa biomedis
- Prof. Dr. Nelson Tansu
Profesor Nelson merupakan profesor Ahli dalam bidang nanoteknologi. Beliau merupakan Profesor termuda di Amerika Serikat dan hingga kini memilih berkiprah di Amerika Serikat.
Dokter kelahiran Medan 20 Oktober 1977 ini, pernah menyisihkan 300 doktor yang ingin menjabat sebagai Assistant Professor tersebut di Universitas Lehigh tahun 2003.
Tansu menyelesaikan pendidikan dari TK-SD-SMP-SMA di Yayasan Perguruan Sutomo 1 Medan, di mana ia merupakan lulusan terbaik saat menyelesaikan pendidikan SMA di Mei 1995. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan S1 (BS) sampai S3 (PhD / Doktor) di Universitas Wisconsin-Madison. (Tiar Munardo)