
MATA INDONESIA, JAMBI – Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta sistem demokrasi harus dikoreksi lagi seiring perkembangan zaman. Permintaan itu disampaikan mengingat apakah sistem yang ada saat ini masih sesuai diterapkan sebagai sistem pemerintahan di suatu negara.
“Demokrasi juga harus dikoreksi sesuai zamannya. Demokrasi mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Sekarang tentu pertanyaannya ialah demokrasi bagaimana yang kita harapkan untuk memajukan bangsa ini,” kata Wapres JK di Jambi, Sabtu 24 November 2018.
Ia mencontohkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya, kini perlahan justru menutup diri terhadap kerja sama dari negara lain.
Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump, lanjut JK, menerima banyak kritikan dari negara-negara asing karena menerapkan beberapa kebijakan yang proteksionis. Seperti terkait perdagangan dan Islamofobia.
“Mulai bertanya-tanya apakah Amerika yang merupakan suatu negara demokrasi yang sangat tinggi, tapi yang terpilih Trump, yang berkampanye dengan cara diskriminatif. Artinya tidak demokratis, Islam tidak boleh masuk, mendekati Korea (Utara) dan sebagainya,” kata Wapres JK.
Inggris pun menerapkan kebijakan ekslusif setelah meloloskan diri dari Uni Eropa lewat referendum Brexit (British Exit). Contoh kebijakan dari dua negara maju tersebut menimbulkan pertanyaan baru apakah sistem demokrasi masih sesuai diterapkan saat ini, kata Wapres.
“Di Inggris, (referendum) Brexit menang. Itu juga karena ingin proteksionis. Maka terjadilah suatu paham-paham yang putar balik pada masa lalu,” katanya.
Di bidang ekonomi, Amerika juga mulai menerapkan kebijakan eksklusif dengan menerapkan pajak tinggi bagi barang ekspor dari negara lain. Sementara negara penganut paham komunis-sosialis seperti Cina justru ingin membuka diri lewat kerja sama dengan negara lain.
“Kalau masa lalu, negara demokratis cenderung ekonominya terbuka dan negara yang tidak demokratis – sosialis atau komunis, ekonominya tertutup, proteksionis. Sekarang terbalik, Amerika ingin proteksionis sementara China yang sosialis-komunis itu ingin ekonomi terbuka,” kata dia. (Puji Christianto)