HeadlineNews

Ajaibnya Pembangunan Layanan Kesehatan di Era Jokowi, ‘Bukan Kaleng Kaleng’

MATA INDONESIA, JAKARTA – Memperingati Hari Kesehatan Nasional 2018, jika ada yang mengatakan tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia kian menurun, mungkin mereka adalah yang paling layak disebut sebagai orang-orang yang ‘budek’ dan ‘buta’, meminjam istilah Kiai Ma’ruf Amin yang sedang tren belakangan ini.

Baru di era Presiden Joko Widodo, terjadi beberapa lonjakan drastis dalam capaian yang berkenaan dengan layanan kesehatan. Terobosan-terobosan yang sudah dijalankan pemerintah benar-benar efektif dalam memudahkan masyarakat menerima layanan kesehatan secara maksimal.

Sebut saja seperti program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang hingga Oktober 2018 atau tepat 4 tahun Jokowi-JK, jumlah pesertanya sudah mencapai 203,28 juta jiwa.

Angka itu meningkat tajam sejak 2015 lalu, saat pemerintah Jokowi-JK baru berusia satu tahun. Pada 2015, jumlah peserta JKN baru berjumlah 156,8 juta jiwa.

Lalu angka itu naik menjadi 171,9 juta jiwa pada 2016 dan 187,9 juta jiwa pada 2017.

Tapi, Jokowi tak hanya fokus pada pekerjaan menambah jumlah penerima jaminan kesehatan. Ia pun terus membangun fasilitas-fasilitas kesehatan yang perannya vital di masyarakat, terutama daerah tertinggal.

Data yang disampaikan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pada Oktober 2018 lalu saat evaluasi 4 tahun Jokowi-JK menunjukkan, sejak 2016 pemerintah telah membangun 2.032 puskesmas baru, merehabilitasi 4.743 puskesmas lama dan menyediakan 1.799 puskesmas keliling roda empat menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kesehatan.

Jumlah itu sudah termasuk pembangunan 256 puskesmas di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan sepanjang 2018.

Pemerintah juga membangun 39 Public Safety Center, 244 puskesmas air, membeli 920 ambulan, dan memastikan ketersediaan 2.965 sarana-prasarana puskesmas.

Benar-benar angka yang fantastis. ‘Bukan Kaleng Kaleng’, meminjam istilah selebgram Maell Lee.

Angka Kematian yang Menurun

Gencarnya pembangunan pelayanan kesehatan di era Jokowi telah berhasil menekan satu permasalahan yang sejak dulu menjadi perhatian negara, yakni angka kematian ibu dan anak bayi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah absolut kematian ibu pada 2015 berjumlah 4.999 kasus, lalu menurun tipis di angka 4.912 kasus pada tahun 2016.

Namun, angka itu pada 2017 mengalami penurunan yang sangat drastis. Jumlah kematian ibu pada tahun 2017 tercatat hanya mencapai 1.712 kasus saja.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dalam evaluasi 4 tahun Jokowi-JK menyebut angka kematian ibu pada 2018 ini pun mengalami penurunan yang signifikan. Sampai Oktober 2018, pemerintah telah menekan setidaknya 30 persen dari angka kematian ibu pada 2017.

Hal yang sama terjadi dalam masalah kematian bayi. Tahun 2015, angka kematian bayi mencapai 33.278 kasus, lalu turun tipis pada 2016 dengan 32.007.

Angka itu pun berhasil ditekan. Pada tahun 2017, jumlah kematian bayi dalam skala nasional menurun drastis menjadi 10.294 kasus. Kabarnya, angka tersebut pun kembali berhasil ditekan pada 2018.

Visi Jokowi dan Tantangan Tenaga Kesehatan

Presiden Jokowi sepertinya sadar, membangun dan menyediakan fasilitas saja tak cukup untuk mendongkrak nilai positif pelayanan kesehatan di Tanah Air.

Sang Kepala Negara pun membaca ada tantangan baru yang menuntut perubahan dan harus dikerjakan agar pelayanan kesehatan menjadi maju di era perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0 yang sedang bergulir kini.

Jokowi meminta semua tenaga kesehatan, terutama para dokter, agar tidak meremehkan penggunaan teknologi dalam pelayanan kesehatan jika tak mau tertinggal.

Bukan hanya untuk menjawab perubahan global, teknologi diyakini Jokowi sebagai salah satu sektor yang harus dikuasai untuk pelayanan kesehatan menjadi jauh lebih mudah dan terukur, serta lebih maju agar tak kalah dengan negara-negara lainnya.

Selain tantangan tadi, Jokowi pernah mengatakan ia terpikir untuk mengarahkan pelayanan kesehatan menjadi apa yang disebutnya sebagai Smart Hospital.

Smart Hospital nantinya mampu memberikan pelayanan terintegrasi dengan data-data medis pasien yang saling terhubung ke rumah sakit lain, bahkan apotek dan BPJS Kesehatan.

Jadi, kamu masih mau meragukan pelayanan kesehatan saat ini?

(Ryan)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close