
MATA INDONESIA, JAKARTA – Yusril Ihza Mahendra akhirnya blak-blakan mengaku jika dirinya kecewa dengan pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga. Kekecewaan itu mengakibatkan Ketua Umum Partai Bulan Bintang tersebut rela menjadi kuasa hukum pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Ketika ditanya alasan mengapa memilih pasangan nomor urut 01, Yusril empertanyakan apa yang Prabowo dan Sandiaga lakukan untuk PBB setelah 2014 lalu. Padahal, kata dia, PBB membantu mereka dalam pemilihan presiden dan Sandiaga dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta lalu.
“Kalau sekarang ini PBB diminta kembali untuk membantu Prabowo-Sandi, kami ingin bertanya: Apa yang Pak Prabowo dan Pak Sandi bisa bantu terhadap PBB?,” kata Yusril di Jakarta, Kamis 8 November 2018.
Alasan Yusril lainnya adalah citra Prabowo-Sandiaga yang selalu diberitakan seolah-olah berjasa dalam kepentingan Islam. “Jadi kalau Pak Prabowo dianggap sangat Islam, saya sendiri kurang percaya juga dengan hal itu. Apa iya? Sebab, nggak ada track record-nya,” kata Yusril.
Ia pun membongkar fakta bahwa selama bergaul dengan mereka, tidak ada rekam jejak terkait hal tersebut. Mantan Menteri Hukum dan HAM ini juga mempertanyakan kapan Sandiaga bergabung menjadi Himpunan Mahasiswa Islam dan Pelajar Islam Indonesia.
“Coba buktikan, ketika ulama dikriminalisasi, dia teriak atau dia melawan?,” ujarnya.
Faktanya, kata dia, saat ada masalah dengan warga Luar Batang, Jakarta Utara, yang boleh dibilang sepenuhnya warga muslim, tak ada suara atau langkah pembelaan dari kedua tokoh tersebut. “Yang jelas, saya turun lebih dulu, setelah itu barulah Sandi masuk. Jadi, nggak bisa juga dianggap (Sandi) sebagai pejuang Islam yang jelas komitmen dan sikapnya dalam memperjuangkan Islam,” ujar Yusril.
Dirinya juga mengkritisi soal draft aliansi juga tak direspons Prabowo. Semua itu bermula saat sejumlah ulama peserta Ijtima. Mereka kemudian melakukan pertemuan dan menyusun draft aliansi untuk ditawarkan ke Prabowo.
Draft disampaikan ke Prabowo pada 13 Oktober lalu. Draft Aliansi juga diserahkan ke Habib Rizieq. Namun, Yusril tak kunjung mendapatkan jawaban dari Prabowo dan Sandi.
“Saya gak mau dalam ketidakpastian, di situlah saya putuskan kalau gitu saya jadi lawyernya Pak Jokowi saja. Pak prabowo kan tidak pernah menawari saya jadi lawyernya beliau. Kalau ada apa apa ya salahnya sendiri kan,” kata Yusril. (Yurinta Aisarah)