HeadlineKisah

Bertolucci dan Skandal ‘Doggie Style’ di Last Tango in Paris

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dunia perfilman internasional berduka. Sutradara senior peraih Oscar, Bernardo Bertolucci meninggal dunia di Roma pada Senin 26 November 2018.

Bert0lucci mengembuskan napas terakhir dalam usia 77 tahun, akibat penyakit kanker. Asal tahu saja, pria kelahiran Parma ini mulai berkarier di dunia film sejak tahun 1962.

Film pertama garapan Bertolucci berjudul La Commare Secca. Film yang dibuat saat usianya 22 tahun ini menceritakan misteri pembunuhan seorang pekerja seks komersial.

25 tahun kemudian Bertolucci menyutradarai film epik The Last Emperor, sebuah film biografis tentang kehidupan Aisin-Gioro Puyi, Kaisar terakhir Cina. Sebuah film yang membawa Bertolucci memenangi sembilam piala Oscar dalam Academy Awards ke-60.

Kemenangan itu untuk kategori best picture, director, adapted screenplay, cinematography, film editing, costume design, art direction-set decoration dan original score.

Skandal ‘Seks’ Last Tango in Paris

Karirnya pun makin melejit setelah film Last Tango in Paris. Dalam film ini Bertolucci menimbulkan kontroversi karena mengandung unsur pornografi.

Film yang dibintangi Marlon Brando (Paul), Maria Schneider (Jean-Pierre Leaud) tersebut bercerita tentang hubungan seksual ganjil. Apalagi Bertolucci dan Brando merencanakan adegan di luar skenario dan tanpa persetujuan Schneider.

Tango in Paris
Tango in Paris

Adegan ini memaksa Schneider diperkosa dari bokong oleh Brando dengan elemen mentega sebagai detail yang melumasi bagian paling pribadi Brando. Penonton pun dapat melihat bahwa Schneider menangis.

Sebagai catatan, Schneider bukan sedang berakting. Ia sungguh-sungguh mengalami situasi pemerkosaan. Bertolucci menyatakan bahwa taktik itu diperlukan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkannya dari sang aktris. Ia berdalih, demi mencapai sesuatu yang genting dalam film, terkadang “harus dengan kebebasan yang penuh.”

Bertolucci mengatakan bahwa gagasan adegan itu muncul bersama Brando di pagi hari sebelum syuting. “Mereka mengatakan kepada saya tentang hal itu hanya sesaat sebelum kami harus syuting adegan dan saya sangat marah,” kata Schneider.

“Saya seharusnya dapat menelepon agen saya atau memanggil pengacara saya datang ke lokasi syuting karena Anda tidak bisa memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak terdapat dalam naskah, tetapi saya tidak mengetahuinya pada saat itu.”

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close