News
BIMP-EAGA Tingkatkan Capaian Ekonomi dan Pariwisata Kawasan

Jakarta (MI) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan bahwa kerjasama subregional memainkan peran penting sebagai pondasi pembangunan kerjasama regional. Darmin menyatakan hal tersebut dalam acara Pertemuan Tingkat Menteri Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) ke-21, Minggu (3/12/2017).
Kegiatan yang dilaksanakan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara tersebut, berlangsung selama empat hari, mulai 30 November hingga 3 Desember 2017, dan membahas berbagai kerjasama subregional antarnegara peserta. Kerjasama BIMP EAGA mencakup delapan bidang utama yaitu pariwisata, perdagangan dan investasi, transportasi, ketenagalistrikan, ICT, pertanian, lingkungan serta kebudayaan dan pendidikan.
“Kehadiran BIMP-EAGA menyumbang kontribusi dalam mendukung pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN dan kerjasama ASEAN pada umumnya,” tegas Darmin. Pertemuan juga dihadiri Wakil Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Brunei Darussalam Datuk Erywan Yusof, Wakil Menteri di Kantor Jabatan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Devamany, Menteri Pembangunan Mindanao Filipina Datu Abul Khayr Dangcal Alonto dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara Udin Hianggio.
Kerjasama BIMP-EAGA telah meningkatkan capaian secara ekonomi. Investasi yang masuk ke BIMP-EAGA selama periode 2015 mencapai USD 34 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar USD 28 miliar. Selain itu, sektor pariwisata di wilayah BIMP-EAGA menunjukkan pertumbuhan positif. Dari tahun 2010 – 2016, total kedatangan wisatawan tumbuh sebesar 6,9% atau mencapai 83 juta pada 2016, dan 4,5 juta dari jumlah tersebut adalah wisatawan mancanegara.
“Melihat pertumbuhan perdagangan dan investasi serta potensi sektor pariwisata yang ada, sebagai regulator kita harus terus memberikan dukungan baik dalam bentuk kebijakan atau melalui pembangunan infrastruktur,” ungkap Darmin.
Dia menekankan pentingnya konektivitas antarwilayah sebagai faktor utama dalam mendukung kegiatan ekonomi. Untuk mendukung hal tersebut, telah disepakati berbagai Proyek Infrastruktur Prioritas/Priority Infrastructure Projects(PIPs) di kawasan BIMP-EAGA dengan nilai sebesar USD 21,4 miliar, yang terdiri dari proyek bandar udara, pelabuhan, jalan, jembatan dan kereta api.
“Proyek konektivitas yang menjadi prioritas bagi Indonesia antara lain pembangunan Tol Manado-Bitung, Samarinda-Balikpapan, pembangunan perbatasan di Kalimantan Barat, Kawasan Ekonomi Khusus Bitung, Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Makassar,” lanjut Darmin.
Pertemuan Tingkat Menteri BIMP-EAGA ke-21 ini membahas tindak lanjut dari beberapa arahan Presiden Jokowi dalam pertemuan BIMP-EAGA Summit ke-12 lalu, di antaranya terkait mekanisme implementasi BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025 yang memiliki visi: Resilient, Inclusive, Sustainable and Economically Competitive (R.I.S.E).
Darmin juga menambahkan bahwa untuk peningkatan perekonomian yang lebih terarah, telah dibentuk 2 (dua) koridor ekonomi yaitu West Borneo Economic Corridor dan Greater Sulu Sulawesi Economic Corridor yang menggunakan pendekatan kewilayahan dan fokus pada sektor prioritas. “Target yang ingin dicapai adalah peningkatan nilai perdagangan, investasi, industri, pariwisata dan UMKM untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat,” jelasnya.
Dalam pertemuan itu juga dibahas perkembangan inisiatif green city untuk mewujudkan wilayah perkotaan yang layak huni, ramah lingkungan dan kompetitif secara ekonomi, dimana Kota Kendari telah menyelesaikan tahap pertama dengan menyusun Green Cities Action Plan (GCAP).
Masing-masing negara dalam pertemuan tersebut juga telah menunjuk dua kota baru yang berkomitmen untuk berpartisipasi dalam inisiatif tersebut, yaitu Bandar Seri Begawan (Brunei Darussalam), Pontianak dan Tomohon (Indonesia), Kota Kinabalu dan Kuching (Malaysia), Davao dan General Santos (Filipina). (WR/AVR)