
MATA INDONESIA, JAKARTA – Stephen William Hawking, ilmuwan populer abad ini ternyata tidak mempercayai adanya neraka dan surga. Pernyataan lelaki yang lahir di Oxford, Inggris itu disampaikan dalam biografinya yang berjudul ‘A Brief History of Time’.
Mengutip The Guardian, Minggu 27 Januari 2019, tujuan hidup Hawking cuma satu. “Tujuan saya sederhana. Bagaimana memahami alam semesta secara utuh, mengapa bisa seperti itu, dan kenapa itu ada,” kata Hawking.
Dengan keterbatasan yang ada, membuat Hawking harus menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas kursi roda, dan alat komunikasi khusus. Kondisi itu justru melecutnya selalu berpikir tentang manusia dan alam semesta.
Dia juga menyinggung soal kematian. Buat dia, kematian bukan akhir dari segalanya. “Buat saya, otak layaknya komputer yang berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada surga atau kehidupan di alam baka bagi ‘komputer’ yang rusak. Itu cuma cerita dongeng orang-orang yang takut dengan kegelapan,” kata Hawking.
Sejak muda, kata Hawking, dia sudah sering mendengar perkiraan dari pakar medis tentang kondisinya. Mereka menyatakan kemungkinan hidupnya tak lama lagi, dan sebagainya.
Namun, Hawking tetap menolak menyerah hingga ajal menjemputnya. “Saya telah hidup dengan perkiraan soal kematian saya selama 49 tahun terakhir. Saya tidak takut mati, tapi enggak terburu-buru juga ingin mati. Saya masih punya banyak keinginan buat melakukan sesuatu,” ujar Hawking.