HeadlineKisah

Intip Yuk, Kesederhanaan Hidup Cendekiawan Muslim M Natsir

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pejabat tinggi Indonesia ini termasuk elit negeri yang hidup sederhana tidak macam-macam seperti banyak terjadi pada pejabat sekarang. Mohammad Natsir yang lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 pernah menjabat menteri dan bahkan perdana menteri Indonesia.

Di luar negeri dia bahkan pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.

Dia juga menerima banyak penghargaan dunia. Pada tahun 1957 menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara.

Penghargaan internasional lainnya yaitu Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A’la Maududi.

Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi melalui Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Dia juga memperoleh gelar doktor kehormatan di bidang politik Islam dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967.

Pada tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia.

Pemerintah Indonesia baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya, pada 10 November 2008 Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Sebelumnya saat B.J. Habibie menjabat presiden, dia diberi penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipradana. Natsir juga dikenal sebagai cendekiawan muslim yang menguasai banyak bahasa seperti Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Arab, dan bahkan Bahasa Esperanto.

Bahasa terakhir biasanya digunakan negara-negara Eropa Timur termasuk Rusia. Meski banyak pengakuan yang diterimanya, tetapi publik tidak mengenalnya sebagai pejabat tinggi yang sombong dan menepuk dada.

Semasa berdinas Natsir dikenal sebagai pejabat yang tidak memiliki baju bagus dan jas yang sering digunakan ditambal karena bolong. Dia juga dikenal sebagai menteri yang tidak memiliki rumah dan menolak pemberian mobil mewah sebagai fasilitas jabatannya.

Mobil dimaksud adalah Chevrolet Impala yang di tanah kelahirannya Amerika Serikat menjadi impian banyak orang untuk memilikinya. Namun Natsir tetap memilih mengantar anaknya sekolah dengan mobil tua De Soto yang dia beli dari uang pribadi.

Namun mobil butut itu pun harus dia relakan dirampas negara berikut rumahnya di Pegangsaan Timur. Saat itu dia dipenjara karena ikut memberontak bersama PRRI.

Dia memang memiliki pandangan politik yang bertolak belakang dengan Soekarno dan Soeharto saat itu.

Natsir wafat pada 6 Februari 1993 pada usia 84 tahun. Dia dimakamkan di TPU Karet Bivak.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close