HeadlineKisah

Jangan Ngaku The Jak Mania Kalau Belum Tahu Sejarah Persija

MATA INDONESIA, JAKARTA – Euforia kemenangan Persija merebut juara Liga I Indonesia musim 2018 terus terngiang di benak warga Jakarta. Sayangnya, masih ada The Jak Mania yang belum tahu sejarah lengkap klub yang lahir pada tahun 1928 tersebut.

Buat kalian The Jak Mania, MataIndonesia.id mencoba merangkum sejarah terbentuknya klub yang memasuki usia 90 tahun tersebut. Berikut ulasannya:

Syahdan pada tanggal 19 April 1930, tujuh federasi sepakbola di Indonesia (Hindia Belanda) mendirikan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) dengan ketua umum pertamanya Ir. Soeratin. Tujuh federasi sepakbola tersebut adalah VIJ (Voetbalbond Indonesia Jacatra – Persidja / Persija) yang mewakili Batavia, BIVB (Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond-Persib), Djokjakarta (Persatoean Sepakraga Mataram yang berganti nama menjadi Persatoean Sepakbola Indonesia Mataram).

Kemudian ada Madioensche Voetbal Bond), kemudian PSM), Magelang (IVBM (Indonesische Voetbal Bond Magelang) kemudian PPSM), Soerabaja (SIVB (Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond), kemudian Persibaja / Persebaya) dan Solo (VVB (Vorstenlandsche Voetbal Bond), kemudian Persis). Saat itu, tim sepakbola ini tak hanya menggeliat di lapangan namun juga di lorong pergerakan nasional.

Persija 1928

Fakta sejarah menempatkan tujuh tim sepakbola ini turut melakukan perlawanan terhadap Belanda dan (kemudian) Jepang. Contoh saja Persija ‘Macan Kemayoran’, yang berdiri pada 28 November 1928, awalnya bernama Voetbalbond Boemipoetera (VBB).

Pertikaian sejumlah pengurusnya kemudian membuat klub itu memilih hengkang dari Voetbalbond Batavia en Omstraken yang didukung pemerintah Hindia Belanda dan berganti nama jadi Voetbal Indonesische Jacatra (VIJ) pada 30 Juni 1929.

Menurut Suratkabar Pemandangan, 20 September 1938, VIJ didirikan dua tokoh sepakbola dari klub-klub lokal Jakarta yang sudah eksis lebih dulu, yakni Soeri (klub Setiaki) dan A. Alie Subrata (klub Setia Tuhu Enggone Rukun/STER). Saat itu, VIJ bermarkas di Petojo. “VIJ memiliki lapangan sepakbola di Petojo, belakang bioskop Roxy, Jakarta Pusat. M Husni Thamrin turut berperan dan banyak mengeluarkan uang untuk membangun lapangan ini,” kata Alwi Shahab dalam Maria van Engels: Menantu Habib Kwitang.

Sebagai pelindung tim, Thamrin merupakan tokoh pergerakan dan anggota Gementeraad serta Volksraad, membantu 2000 gulden untuk membeli lahan yang dijadikan lapangan Laan Trivelli, Pulo Piun, Petojo itu. Lapangan itu dinamai Lapangan Kebon Singkong sebelum bertransformasi menjadi Stadion VIJ.

Sebelum invasi Jepang, VIJ menjadi kampiun pertama Perserikatan, kompetisi antarklub amatir daerah yang digulirkan PSSI, musim 1930. Klub ini berhasil mempertahankannya di musim 1933, 1934, hingga 1938.

Barulah pada Mei 1942, VIJ mengganti nama menjadi Persidja. Pergantian nama ini untuk menghindari pemberangusan penguasa militer Jepang terhadap segala hal berbau Belanda. Nama Persidja diambil dari terjemahan VIJ dalam bahasa Indonesia dengan ejaan di masa itu: Persatoean Sepakraga Indonesia Djakarta. Sebagai penghargaan terhadap perjuangan Persija, pemerintah menghadiahi klub itu stadion baru di Medan Merdeka Timur, yang bernama Stadion Ikada.

“Jika mula-mula Saudara-Saudara harus puas dengan lapangan di Pulo Piun, maka sekarang Saudara-Saudara sudah mempunyai lapangan di Merdeka Timur. Maka pesanku sekarang, tiada lain, ialah supaya Saudara-Saudara lebih giat lagi berjuang, menyusun, dan menyempurnakan organisasi Saudara-Saudara, dengan pedoman: Segala usaha harus untuk kebesaran Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang Saudara-Saudara turut memproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu,” kata Presiden Sukarno dalam pidatonya di milad ke-30 Persija, 28 November 1958.

Sayangnya, pada 1960 Bung Karno merelokasi kandang Persija lantaran lapangan Ikada akan dibangun Monumen Nasional (Monas). Markas Persija pun pindah ke Stadion Viosveld, kemudian ganti nama jadi Stadion Menteng, di Jalan HOS Tjokroaminoto.

Puluhan tahun menghuni Stadion Menteng, Persija akhirnya pindah ke Stadion Lebak Bulus akibat muncul rencana pengalihfungsian Stadion Menteng (Stadion Persija) menjadi taman. Lagi, Stadion Lebak Bulus pun kemudian dirobohkan untuk dijadikan Depo Mass Rapid Transit (MRT). Setelah sempat menjadi ‘gelandangan’ di Stadion Manahan Solo dan Stadion Patriot di Bekasi, Persija kini memiliki kandang sementara di ibukota tercinta, yakni Stadion Gelora Bung Karno.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close