KisahViral

Kaleidoskop 2018: 4 Hoax Bencana Paling Meresahkan di Indonesia

MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak peristiwa duka akibat bencana alam yang terjadi sepanjang 2018. Mulai dari gempa bumi, banjir, gunung meletus hingga tsunami yang menimbulkan korban jiwa hingga kerugian harta benda.

Namun, lebih menyedihkan lagi, ada orang-orang tak bertanggung jawab yang menyebar berita bohong atau hoax terkait bencana alam yang memanfaatkan ketakutan masyarakat. Hoax ini menyebar dan heboh, hingga pemerintah harus kerja keras untuk mengklarifikasi kabar tersebut.

Dari rangkuman Mata Indonesia, berikut 4 hoax bencana alam dengan dampak paling meresahkan sepanjang 2018:

Hoax Gempa Susulan di Palu (September 2018)

Usai Palu dan sebagian wilayah lainnya di Sulawesi Tengah diguncang gempa serta tsunami pada 28 September 2018 lalu, beredar hoax melalui pesan broadcast via WhatsApp soal gempa susulan.

Sontak saja warga yang masih trauma dan luka-luka semakin khawatir. Apalagi hoax itu menyebut gempa susulan akan berkekuatan 8,1 SR dengan dampak tsunami besar.

Informasi itu akhirnya dibantah oleh Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho yang menyebut tak ada satu negara pun di dunia ini yang bisa memprediksi gempa secara tepat.

Hoax Letusan Gunung Soputan (Oktober 2018)

Sebuah video yang diklaim sebagai erupsi Gunung Soputan di Sulawesi Utara sempat membuat masyarakat kaget. Bagaimana tidak, video itu menampilkan lava yang menyembur dahsyat keluar dari kawah dan situasi jalanan di pemukiman warga yang menjadi serba panik.

Video itu menyebar cepat di media sosial, bahkan menarik perhatian dunia. Namun, segera saja dibantah oleh Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho yang menyebut video tersebut 100 persen hoax dan tidak terjadi di Gunung Soputan.

“Benar Gunung Soputan meletus pada 3 Agustus 2018, tapi tidak mengeluarkan lava dari kawah. Jadi, video itu bukan di Gunung Soputan,” kata Sutopo.

Hoax Gempa Susulan di Lombok (Juli 2018)

Sebuah pesan berantai yang menyebut akan terjadi gempa susulan telah meresahkan warga, khususnya di Lombok pada tanggal 30 Juli 2018 lalu, tepat sehari setelah Lombok diguncang gempa besar.

Pesan tersebut pertama kali diketahui beredar di akun Twitter Siti Zuhro Makeup @Zuhro_Siti. Ia dan netizen lainnya pun bertanya-tanya kebenaran mengenai informasi tersebut.

Melalui akun resmi Twitter-nya, BMKG pun menjawab soal pesan tersebut. “Gempa susulan bisa saja terjadi setelah gempa utama. Namun dengan memastikan waktu, tempat, dan besaran gempa yang AKAN TERJADI itu yang TIDAK BENAR alias HOAX. Saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat kapan dan di mana gempa akan terjadi,” tulis BMKG.

Hoax Letusan Gunung Merapi (Juli 2018)

Sebuah video berdurasi 30 detik yang menampilkan letusan gunung beredar di media sosial pada Juli 2018 lalu. Gunung yang meletus dengan semburan lava dan asap hitam tebal itu diklaim merupakan letusan Gunung Merapi.

Vide tersebut pertama kali tersebar di Twitter yang diunggah oleh akun @Noknazz. Netizen segera saja menyerbu postingan tersebut dan menanyakan apakah benar Gunung Merapi sedang meletus parah.

Namun, kabar itu segera dibantah oleh Badan Penyelidik dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui Twitter. “Banyak beredar video ini yang diberi keterangan letusan #merapi padahal ini rekaman letusan Sinabung tahun 2014, sumber photovolcania,” tulis akun BPPTKD. (Ryan)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close