HeadlineKisah

Kenangan Hawking dan Simpatinya Terhadap Palestina

MATA INDONESIA, JAKARTA – Semasa hidupnya, ilmuwan Stephen William Hawking diberikan anugerah kepintaran di tengah keterbatasannya. Namun ada fakta menarik yang dimiliki pria yang meninggal di usia 76 tahun tersebut.

Sepanjang karir dan hidupnya, Hawking ternyata tidak melulu berkutat di urusan ilmu pengetahuan, tetapi juga menaruh simpati terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Padahal, Hawking dan Israel punya hubungan mesra. Sebab pada 1988, dia meraih penghargaan dari Yayasan Wolf dalam bidang fisika. Namun, dia memilih mundur dari Konferensi Presidensial Israel, bertepatan dengan ulang tahun mendiang Presiden Israel, Shimon Peres, ke-90, pada Mei 2013.

“Saya menerima undangan itu awalnya karena hal itu bukan saja karena pemerintah Israel membolehkan saya mengajar di Tepi Barat, dan perkembangan perjanjian damai. Namun, saya menerima sejumlah surel dari akademisi Palestina. Makanya saya harus menghormati ajakan boikot ini. Makanya saya mundur dari konferensi ini. Menurut pendapat saya, kebijakan pemerintah Israel sepertinya bakal menjadi bencana,” tulis Hawking melalui surat saat itu, dilansir The Guardian.

Pemerintah Israel pun saat itu langsung berang karena sikap Hawking. Tindakan Hawking dianggap berlebihan. Namun, sejumlah ilmuwan Palestina sangat memuji sikap Hawking.

Bukan sekali itu Hawking berbicara lantang soal Palestina. Empat tahun sebelumnya saat diwawancara oleh stasiun televisi Al Jazeera, dia menyarankan pemerintah Israel harus berunding dengan organisasi perjuangan dan partai politik Palestina, Hamas.

“Kalau Israel mau berdamai, mereka harus berdialog dengan Hamas. Seperti yang Inggris lakukan dengan IRA (Tentara Republik Irlandia). Hamas dipilih secara demokratis oleh rakyat Palestina dan tidak boleh diabaikan. Kondisinya seperti terjadi di Afrika Selatan sebelum 1990. Itu tidak boleh berlanjut,” ujar Hawking.

Tahun lalu, Hawking sempat menggalang dana buat membantu kelangsungan Sekolah Lanjutan Fisika Palestina di Tepi Barat. Dia melakukan itu melalui media sosial Facebook. Pada 2016, dia sempat merekam video yang kemudian ditayangkan dalam sebuah kuliah umum di sana. Lembaga pendidikan itu menampung para dosen dari Inggris, Amerika Serikat, dan Yordania yang mengajar soal fisika kontemporer.

“Saya mendukung hak para ilmuwan dalam gerakan kemerdekaan, publikasi, dan kerja sama,” kata Hawking.

Hawking mungkin tidak sama dengan pemimpin Hamas, mendiang Syekh Ahmad Yassin, yang juga sama-sama menggunakan kursi roda hingga akhir hayat. Hawking tidak memimpin gerakan bersenjata di garis depan berhadapan dengan pasukan Zionis. Namun, walau tidak ber-Tuhan, rasa kemanusiaan dan menolak penjajahan Hawking masih terasah.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close