HeadlineKisah

Kisah Achmad Nawir dan Perjalanan Indonesia di Piala Dunia 1938

MATA INDONESIA, JAKARTA – Induk organisasi sepakbola dunia (FIFA) mencatat kita merupakan bangsa Asia pertama yang bermain di Piala Dunia. Berdasarkan laporan FIFA, tim Indonesia yang saat itu masih dikenal sebagai Hindia Belanda diundang bermain di Piala Dunia Prancis 1938.

Pelatih Hindia Belanda saat itu, Johan Mastenbroek, ternyata lebih menghargai pemain pribumi untuk menjadi personel timnas, sementara FIFA hanya mengakui federasi sepakbola bentukan Pemerintah Hindia Belanda, Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU).

Sekadar informasi, pada tahun itu ada tiga federasi sepakbola di nusantara ini. Selain NIVU ada pula PSSI yang dibentuk 1930 serta Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB).

Jika NIVU wadah klub dengan pesepakbola warga negara Belanda, PSSI untuk pribumi dan HNVB terdiri dari etnis China.

Maka tak heran keputusan Johan Mastenbroek yang memilih seorang pribumi masuk dalam timnas ke Piala Dunia Prancis mendapat perhatian lebih dari masyarakat saat itu. Mastenbroek memang bersikap obyektif karena menilai skill sepakbola pribumi tidak kalah bagus dari pemain Belanda.

Hal itu semakin memicu ketegangan antara NIVU dengan PSSI yang sejak terbentuknya terus mendapat dukungan luas dari warga pribumi, bahkan tokoh-tokoh pergerakan seperti Otto Iskandardinata, MH Thamrin dan Ki Hajar Dewantoro. Maka NIVU mengkhawatirkan organisasi sepakbola semakin kental aspek politisnya sehingga sering kali memberi batasan termasuk menghadapi Piala Dunia itu.

Tetapi Johan seperti benar-benar jatuh cinta kepada permainan seorang pribumi bernama Achmad Nawir untuk ikut menjadi anggota timnas bersama warga Belanda dan China membela Hindia Belanda di Prancis. Bahkan dipercaya sebagai kapten tim.

Sejarah persepakbolaan Indonesia setelah kemerdekaan pun dicatat oleh Nawir. Dia yang bermain mengenakan kacamata itu merupakan salah satu pemain pribumi yang pernah bermain untuk Hindia Belanda bersama kiper Sutan Anwar yang saat itu memperkuat klub VIOS Batavia, Frans Meeng (SVVB Batavia), Isaak Pattiwael (VV Jong Ambon Batavia), Jack Samuel (Excelsior Soerabaja), Suvarte Soedarmadji (HBS Soerabaja), dan Hans Taihuttu (VV Jong Ambon). Nawir sendiri pernah membela klub HBS Soerabaja.

Perjalanan Nawir dan kawan-kawan ke Piala Dunia Prancis 1938 memang terjadi tetapi tidak mudah. Hanya keberuntungan lah yang membauat Timnas Hindia Belanda akhirnya mewakili Asia ke Piala Dunia karena Jepang menolak akibat masih terlibat perang di Asia.

Akhirnya FIFA memilih Hinda Belanda sebagai perwakilan Asia. Singkat cerita, anak asuhan Johan Mastenbroek bertanding di babak semifinal dan langsung bertemu tim tangguh Eropa, Hongaria.

Pemain Hinda Belanda waktu itu tidak tinggi-tinggi amat, hanya sekitar 160 cm. Bahkan, wartawan yang pernah meliput ke sana langsung pernah menyebut, “Saya seperti melihat 22 pesepakbola Hungaria dikerubuti 11 kurcaci.”

Secara pertandingan, NIVU sebenarnya mampu mengendalikan jalannya permainan. Namun, seringnya blunder oleh pemain belakang, kita harus kalah dengan skor telak 6-0 di Stadion Velodorme, di kota Reims, Perancis (sekarang stadion itu berubah nama jadi Stadion Auguste Delaune).

Meskipun kalah, Indonesia mencatat rekor unik di Piala Dunia edisi ketiga tersebut. Achmad Nawir, kapten Indonesia menjadi pemain yang menggunakan kaca mata pertama dalam sepakbola. Kaca mata yang digunakan sama pula seperti kaca mata dokter pada umumnya. Berbeda seperti Edgar Davis yang menggunakan kaca mata khusus karena mantan pemain Belanda itu terkena glukoma.

Bila di Brasil ada Socrates, pesepakbola yang punya jiwa revolusioner itu ternyata juga berprofesi sebagai dokter. Di Indonesia bahkan di dunia, Nawir mungkin satu-satunya dokter yang bermain sepakbola profesional.

Dia bahkan bermain sambil menggunakan kacamata plus, sehingga menjadi buah bibir media Eropa. “Kapten timnya adalah seorang dokter, yang menggunakan kacamata,” ujar wartawan The Times, seperti yang dilansir bolanusantara.com

Setelah pensiun, dia sempat melatih Persebaya Surabaya di masa kemerdekaan. Berdasarkan informasi dari banyak sumber, Ahmad Nawir lahir 1 Januari 1911 dan wafat pada April 1995. (NUR CHOLIS)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close