
MATA INDONESIA, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) selama November 2018 mengalami inflasi sebesar 0,27 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, inflasi kali ini masih dalam posisi yang baik.
Kondisi itu dikarenakan inflasi masih berada di dalam jarak asumsi makro APBN. “Kita anggap itu baik, apalagi ini masih di bawah 3,5 persen. Artinya, Indonesia dari sisi track record terhadap stabilitas harga-harga ini sekarang sudah semakin solid, karena ini selama 4 tahun berturut-turut kita memiliki inflasi yang di sekitar 3 persen di tengah gejolak harga minyak dan kurs yang naik turun,” kata dia di Jakarta, Selasa 4 Desember 2018.
Sekedar informasi, inflasi tahunan dan tahun kalendernya mencapai masing-masing 3,23 persen dan 2,5 persen. Adapun 82 kota yang disurvei BPS, 70 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi.
Ia menambahkan, terjaganya inflasi menunjukkan kemampuan pemerintah Indonesia dalam menjaga stabilitas dari nilai-nilai harga umum. Hal tersebut menjadi salah satu bentuk kredibilitas dari kebijakan moneter dan sektor riil. Pengadaan barang-barang dan jasa pun bisa terjaga stabilitasnya.
Dirinya pun memproyeksikan inflasi sampai dengan akhir tahun akan di bawah perkiraan APBN. “Sampai akhir tahun, inflasi menurut saya masih seperti yang disampaikan Presiden di 3,2%,” kata Sri Mulyani.
Dari data BPS, inflasi inti pada November 2018 tercatat sebesar 0,22 persen dengan andil 0,13 persen. Secara tahun kalender, inflasi sebesar 0,29 persen dan inflasi tahunannya sebesar 3,03 persen.
Inflasi harga yang diatur pemerintah mencapai 0,52 persen dengan andil mencapai 0,10 persen. Secara tahun kalender, inflasi komponen ini tercatat sebesar 2,13 persen dan inflasi tahunannya sebesar 3,07 persen.
Inflasi pangan bergejolak pada November 2018 tercatat sebesar 0,23 persen dengan andil 0,04 persen. Inflasi tahun kalendernya mencapai 1,81 persen dan tahunannya mencapai 4,32 persen.