News
Menperin: Indonesia Berpeluang Jadi Garda Terdepan Transformasi Industri 4.0

MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat ini Asia masih dikenal sebagai pusat produksi berbiaya rendah. Namun semenjak implementasi industri 4.0, Indonesia berpeluang menjadi garda depan baru untuk transformasi era digital di kancah global.
Sebab revolusi industri 4.0 membangkitkan kontribusi sektor manufaktur dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara Benua Kuning. “Revolusi industri 4.0 akan memberikan arah baru dalam bisnis di sektor manufaktur, terutama dalam peningkatan kegiatan produksi serta penelitian dan pengembangan (R&D). Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara pengambil kebijakan dan pelaku industri untuk memaksimalkan potensi industri 4.0,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu 17 Oktober 2018.
Riset terbaru yang dirilis oleh Microsoft dan IDC Asia/Pacific mengungkapkan, transformasi digital dapat melipatgandakan pendapatan di sektor manufaktur. Ada tambahan sebesar USD387 miliar dalam kurun waktu lima tahun (2016-2021) pada produk domestik bruto (PDB) di kawasan Asia Pasifik, sehingga akan menjadi 8.399 triliun dolar AS pada 2021.
Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia pada 2017 tercatat mencapai Rp 13.588,8 triliun. Perolehan itu di atas Belanda, Turki, dan Swiss, sehingga mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di kawasan Asia Tenggara.
“Jadi, sekarang Indonesia sudah masuk one trillion dollar club dan berada dalam jajaran 20 negara dengan PDB terbesar di dunia,” kata Airlangga.
Bahkan, McKinsey selaku perusahaan konsultan manajemen multinasional, memproyeksi Indonesia dapat membuka peluang bisnis dan meningkatkan PDB hingga 3,7 triliun dolar AS pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0.
Peta tersebut sebagai strategi menerapkan revolusi industri generasi keempat dan memberikan arah jelas bagi pengembangan industri nasional yang berdaya saing global di masa depan.
Dengan industri 4.0, Indonesia ditargetkan menjadi bagian dari 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030. Hal ini ditopang melalui peningkatan kembali nett ekspor 10 persen kepada PDB, peningkatan output sekaligus mengatur pengeluaran biaya hingga dua kali dari rasio produktivitas biaya saat ini, dan pengembangkan kapabilitas inovasi industri melalui alokasi anggaran 2 persen untuk kegiatan R&D.
Selama ini, kata dia, industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi signifikan bagi PDB Indonesia. “Industri manufaktur berperan penting menjadi tulang punggung perekonomian nasional, karena memberi efek yang luas bagi peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, penambahan pajak dan cukai, serta penerimaan devisa dari ekspor,” ujarnya..
Pada triwulan II tahun 2018, industri pengolahan nonmigas masih menunjukkan kinerja yang positif, dengan tumbuh hingga 4,41 persen atau lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93 persen. Bahkan, sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar bagi PDB nasional yang tercatat di angka 19,83 persen. (Rayyan Bahlamar)