News

DPD: MTQ Manifestasi Budaya Islam dalam Budaya Nusantara

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Darmayanti Lubis berharap MTQ bisa meneguhkan ukhuwah dan persatuan nasional.

MATA INDONESIA, MEDAN – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Darmayanti Lubis berharap Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-27 tahun 2018, bisa meneguhkan ukhuwah dan persatuan nasional.

“Sungguh membahagiakan bagi masyarakat Medan dan Sumatera Utara. Lama kita menantikan momen ini , karenanya mari kita tunjukkan bahwa kita bisa menjadi tuan rumah yang baik dalam menyambut dan melayani kafilah dari seluruh provinsi,” ajak Darmayanti Lubis di Medan beberapa waktu lalu.

Wakil Ketua DPD Dharmayanti Lubis

Selain rangkaian musabaqah (perlombaan), MTQ Nasional yang diikuti 1.555 peserta dari 35 Provinsi di Tanah Air ini, juga melangsungkan berbagai kegiatan pendukung lainnya seperti parade 1.000 hafidz, seminar penggalian seni budaya Islam berbasis alquran, pawai kendaraan hias, pameran, dan bazar. Rangkaian kegiatan MTQ Nasional sendiri berlangsung dari tanggal 4-13 Oktober 2018, dengan mengusung tema “MTQ Mewujudkan Revolusi Mental Menuju Insan Yang Qurani”.

Kafilah Aceh pada MTQ ke-27 Nasional Tahun 2018 di Medan, Sumatera Utara.

Darmayanti Lubis menambahkan bahwa MTQ dan seni membaca alquran adalah manifestasi budaya Islam yang telah hidup mengakar dan tumbuh subur dalam budaya nusantara.

“Kita lihat MTQ telah membudaya di masyarakat, mulai tingkat lokal, daerah, hingga nasional. Kemeriahan pelaksanaan MTQ Nasional yang diadakan bergiliran di berbagai daerah, tidak saja menguatkan syiar ajaran alquran, namun juga meneguhkan persatuan nasional dan ukhuwah Islamiyah, serta jalinan integritas antara Pemerintah Pusat dan Daerah,” kata Darmayanti.

Seni membaca alquran (tilawah) dan MTQ, memang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan masyarakat Islam di Sumatera Utara. Dalam penelitan yang dilakukan LPTQ Nasional tahun 1994, Sumatera Utara memiliki jasa besar dalam perintisan budaya seni baca alquran di Tanah Air.

Ini terbukti dari catatan bahwa lomba membaca alquran pertama kali diadakan di Asahan Sumatera Utara tahun 1946. Ustaz Muhammad Ali Umar, pimpinan Persatuan Islam Kampung Bunga Asahan dalam memeriahkan maulid Nabi, melaksanakan lomba baca alquran yang dihadiri 300 orang.

Sejarah juga mencatat, bahwa Provinsi Sumatera Utara bersama Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat, menjadi motor sejarah lahirnya pelembagaan MTQ Nasional pada tahun 1976. Wajar kiranya masyarakat Islam Sumatera Utara sejak dulu hingga sekarang akrab dengan pengembangan seni baca alquran.

Ia berpendapat bahwa Pemerintah tak lagi bisa melihat MTQ dalam perspektif pembinaan kehidupan beragama semata. Karena pada kenyataannya, MTQ ikut memberikan pengaruh signifikan dalam peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan, khususnya di daerah. Tidak heran jika banyak daerah yang mengajukan diri menjadi tuan rumah pelaksanaan MTQ Nasional.

“Bahwa MTQ bukan sekedar lomba, tapi keinginan kuat umat Islam dan Pemerintah untuk meneguhkan semangat kebangsaan atas nilai-nilai keimanan dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat,” kata Darmayanti.

Menurutnya, nilai-nilai sosial keagamaan dan persatuan nasional yang melekat dalam MTQ, akan mendorong upaya bersama membangun Generasi Emas 2045. Yakni generasi yang dibangun di atas pondasi keimanan dan ketakwaan, keluarga yang kokoh, kehidupan berbangsa yang demokratis, egaliter, dan jauh dari kekerasan, serta pondasi pendidikan yang berkarakter, yang mampu membentuk generasi jujur, amanah, toleransi, dan bertanggung jawab.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close