Gaya Hidup
Peselancar Berburu ‘Tsunami’ Bono di Teluk Meranti

MATA INDONESIA, TELUK MERANTI – Para peselancar dalam negeri maupun mancanegara berbondong-bondong ke Teluk Meranti untuk berburu Bono. Sebuah ombak yang tadinya sangat ditakuti warga Pelalawan, kini berubah menjadi icon wisata surfing setempat.
Asal tahu saja, Bono tercipta akibat aliran arus sungai Kampar bertemu dengan aliran laut. Pertemuan itu menghasilkan ombak yang mengarah ke sungai. Bahkan di beberapa tempat, Bono dulu disebut tsunami.
“Karena ombaknya yang sangat besar dan berlangsung beberapa jam. Bono memiliki siklus. Dan tidak tiap saat bisa ditemui. Ada waktu-waktu tertentu Bono sangat tinggi dan besar. Bahkan membuat air naik hingga ke rumah warga,” kata Ali, warga asli Teluk Meranti.
Lambat laun, warga mulai mengetahui siklus Bono. Bahkan, warga memanfaatkannya untuk bermain Bekudo. Sebuah permainan yang menggunakan perahu mereka mencoba menaklukkan ombak.
Kebiasaan ini semakin berubah. Belakangan muncul para surfer dan wisatawan mancanegara juga mulai berdatangan. Wakil Bupati Pelalawan Zaderwan mengakui jika kini Bono sudah sangat bersahabat.
Bono, kata dia, justru memberi dampak positif. Sebab, dikemas sebagai destinasi sport tourism surfing. “Dampaknya secara ekonomi sangat terasa. Buktinya, saat wisatawan mancanegara hadir Teluk Meranti ramai. Mereka menghabiskan uangnya disana untuk makan. Bukan hanya itu penginapan pun hadir di Teluk Meranti. Ini dampak yang luar biasa. Dampak dari hadirnya pariwisata,” kata Zaderwan.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga Pelalawan Andi Yusfiandi, mengatakan, Bono tidak hadir setiap saat. Ada saat-saat tertentu ombak hadir dengan luar biasa.
“Makanya kita harus bisa membaca situasi. Kita harus sesuaikan waktu pelaksanaan dengan Bono. Termasuk memprediksi jam. Sebab, kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal dari pelaksanaan ini,” ujar Andi. (Puji Christianto)