News
Polda Jatim Tangkap 4 Pelaku Ujaran Kebencian, Dua Di Antaranya Berafiliasi MCA

Malang (MI) – Empat pelaku ujaran kebencian, provokatif dan penyebar informasi hoax penyerangan serta perusakan sejumlah pondok pesantren, ditangkap tim Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Jawa Timur.
Mereka adalah Muhammad Faisal Arifin, warga Bulak Jaya, Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Surabaya. Kemudian Erianto, warga Untung Suropati, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.
Setelah itu, Sofyan, warga Dusun Toko, Kecamatan Besuk, Kelurahan Sumurdalam, Kabupaten Probolinggo. Satu lagi seorang ustaz yakni Minandar, warga Desa Pandian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Madura.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim AKBP Arman Asmara Syaifudin menjelaskan, keempat orang diamankan karena melakukan tindak pidana memberikan informasi hoax dan ujaran kebencian ke sejumlah media sosial.
Tersangka Faisal Arifin dalam akun Facebook dan Istagram menggunakan nama Itong, melakukan ujaran kebencian, isu SARA dan banyak menyebarkan informasi hoax.
“Tersangka Faisal Arifin ini berafiliasi dengan Muslim Cyber Army atau MCA,” terang AKBP Arman Asmara Syaifudin, Jumat (2/3/2018).
Di antara informasi yang disebarkan adalah kedatangan PKI dan penyerangan para ulama. Setelah polisi menyelidiki, semua informasi yang disebarkan Faisal adalah hoax.
Atas perbuatannya, tersangka dikenakan pasal berlapis, yakni Undang-undang Nomor 1 tahun 1946 pasal 14 dan 16 tentang Peraturan Hukum Pidana, dan Undang-undang ITE no 19 tahun 2016.
Sedangkan tiga tersangka yakni Erianto, Sofyan dan Minandar dengan cara yang sama sudah ditetapkan sebagai tersangka. Namun masih dilakukan penyelidikan, terutama tersangka Minandar.
Tersangka Minandar masuk dalam jaringan kelompok Muhammad Faisal Arifin yang berafiliasi dengan MCA.
“Modusnya juga sama, rata-rata menyebarkan terkait penyerangan sebuah pondok pesantren dilakukan PKI. Padahal itu hoax,” ujar dia.
Sementara, tersangka Faisal mengaku, apa yang dilakukannya ingin menunjukan kecintaan terhadap seorang ulama. “Saya kan cinta sama ulama. Ya itu tadi, saya tidak melihat sumber berita yang sebarkan itu gak saya kroscek,” jelasnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan tidak mencari keuntungan ataupun kepentingan secara materi. “Secara pribadi tidak ada maksud apa. Tapi, apa yang saya lakukan bentuk kecintaan dengan negara, saya cinta dengan ulama. Saya tidak ingin negara saya itu kacau balau,” pungkasnya. (AVR)