HeadlineKisah

Soe Hok Gie, “Dokter Cinta” yang Gagal Soal Percintaan

MATA INDONESIA, JAKARTA-Siapa sih yang tak mengenal Soe Hok Gie? Sosok seorang pemuda yang rupawan dimana dulunya dia adalah seorang penulis. Tulisannya bisa dikatakan sangat berani karena dibawah tekanan sangat keras dimana nyawa seseorang adalah hal yang dianggap sepele, dia berani mengungkapkan fakta-fakta dan kritikan terhadap kondisi saat itu.

Namun, dibalik sosok aktivis yang melekat pada diri Gie, ada kisah cinta bak novel romance yang jarang dikulik. Dalam Catatan Seorang Demonstran-pun Gie sesekali menuliskan kisah cintanya yang tak bermuara. Maria, Rina dan Nurmala Kartini sebagian kecil wanita dibalik sosok Gie.

Sosok gie yang kharismatik menjadi sebab dirinya dikelilingi banyak wanita-wanita. Akan tetapi hal ini tidak menjadi jaminan kisah cinta yang mulus. Tragedi cinta Gie dimulai sejak ia menjalin hubungan dengan Rina.

Setahun menjalin hubungan cinta dengan Rina, Gie dibenturkan kasus cinta namun beda. Perbedaan Gie dan Rina terletak pada suku dan agama. Alasan klasik yang menjadi tembok pembatas kisah cinta insan manusia di bumi.

Kasus dengan Rina tak jauh berbeda dengan kasus percintaan Gie dengan Maria. Maria merupakan adik kelasnya dari Jurusan Sastra Perancis. Entah kapan Gie dan Maria jadian. Dalam catatannya Gie hanya menuliskan, “hubungan yang sudah berjalan setahun ini.”

Mereka berpacaran secara diam-diam, bersembunyi dari orang tua Maria. Bukan lagi mengenai bangsa atau suku dan agama, tapi penolakan timbul karena sifat idealisme yang dimiliki Gie. Orang tua Maria suka dengan Gie karena berani dan berkepribadian, namun disaatyang sama mereka-pun menolak Gie sebagai menantunya.

Gie tergolong laki-laki yang susah move-on. Kartini yang nantinya diakui Gie sebagai pacar kecil-kecilan nya mengatakan, meski hubungan keduanya dekat, sebenarnya ada satu sosok yang menjadi pujaan Gie.

Hampir semua orang yang dekat dengan sosok Gie sepakat pada satu nama, Maria perempuan yang selalu mengusik hidup Gie, terutama dalam hal cinta. Pada akhirnya sosok Kartini-lah yang menjadi wanita terakhir Gie sebelum pergi untuk selamanya. Gie mengutarakan perasaan kartini pada sore yang gerimis pada 11 Desember 1969.

Gie mengambil kesempatan saat mengantarkan Kartini ke Toko Roti Tegal, Jakarta Timur. Kartini menuturkan ungkapan Gie sore itu sangat menyentuh perasaannya. Dalam buku ‘Soe Hok Gie…sekali lagi’, kartini menggambarkan suasana hatinya saat di tembak oleh Gie: “Meski hujan rintik-rintik, badan dan rambut saya setengah basah, perasaan saya senang dan hangat sekali.”

Namun, kencan Gie danKartini pada sore itu, juga menjadi ajang perpisahan mereka untuk selamanya. Karena keesokkan harinya Gie harus pergi ke Jawa Timur untuk mendaki Gunung Semeru bersama Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia. Hubungan Gie dengan Kartini sangat dekat. Hal ini terekam dalam tulisan Gie pada Jumat, 20Juni 1969.

Kartini menjadi sosok wanita terakhir yang terlibat intrik asmara dengan Gie. Pun kencan terakhir Gie dengan wanita juga terjadi bersama dia. Baru sepekan setelah Gie meninggal kemudian Kartini mengetahui Gie telah meninggal di puncak Mahameru, Gunung Semeru sehari sebelum Gie ulang tahun ke-27 tahun 16 Desember 1969. Selesailah sudah perjalanan Gie sebagai aktivis juga “sang pencari cinta”.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close