News
Tren Penguatan Nilai Tukar Rupiah, Kepercayaan Pasar Terhadap Ekonomi Indonesia

Jakarta (MI) – Dalam paruh pertama tahun 2017, rupiah terus menunjukkan tren menguat terhadap dolar AS. Data kurs tengah referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) memperlihatkan rupiah menutup paruh pertama tahun ini dengan penguatan hingga 13.372 per dolar AS.
Hingga pertengahan tahun 2017, rupiah bergerak di kisaran Rp13.255-Rp13.845 per dolar AS dan secara rata-rata mencapai Rp13.331 per dolar AS.
Di satu sisi, penguatan rupiah mengkhawatirkan daya saing ekspor karena penerimaan eksportir berpotensi menciut. Di sisi lain, penguatan rupiah menunjukkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengaku gembira melihat pergerakan nilai tukar rupiah yang relatif stabil hingga paruh pertama tahun ini. “Rupiah cukup bagus, bahkan lebih baik dari dua tahun terakhir,” tutur Hariyadi, Rabu (5/7).
Diharapkan, rupiah melanjutkan konsistensi kestabilannya, cenderung menguat hingga akhir tahun nanti. Bukan tanpa alasan, penguatan rupiah mampu menahan potensi pelemahan akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS.
Sebab, jika rupiah menguat, harga bahan baku impor maupun barang konsumsi impor menjadi relatif lebih murah. Hal itu akan menguntungkan pelaku usaha dan konsumen domestik.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan, kurs rupiah sepanjang enam bulan pertama tahun ini relatif stabil untuk mendukung kegiatan ekspor.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, rupiah menguat sekitar 0,8 persen dari penutupan akhir tahun lalu. Penguatan ini terjadi seiring masuknya aliran modal asing.
Josua mencatat, kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara (SBN) naik Rp104,74 triliun, sementara investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) Rp17,41 triliun di pasar saham.
Secara teori, semakin banyak aliran modal asing yang masuk ke suatu negara, nilai tukar negara tersebut akan semakin menguat. “Foreign inflow (aliran modal asing) pasar keuangan yang berdampak positif pada rupiah turut mendorong volatilitas rendah terhadap rupiah,” jelasnya.
Sentimen positif tersebut didukung oleh kenaikan rating kredit Indonesia menjadi layak investasi oleh lembaga pemeringkat internasional Standar dan Poor’s (S&P) beberapa waktu lalu. Kenaikan rating tersebut melengkapi predikat layak investasi Indonesia yang telah lebih dulu disematkan oleh Fitch’s dan Moody’s.
Pada beberapa kesempatan, Gubernur BI, Agus Martowardojo sering menyatakan BI akan terus berada di pasar demi menjaga rupiah supaya mencerminkan nilai fundamentalnya. Dengan demikian, rupiah bisa menopang pertumbuhan ekonomi dengan optimal.
“Sampai akhir tahun (2017), kami akan jaga rupiah karena mandat dari BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah,” pungkasnya. (WR/AVR)