HeadlineNews

Usamah: Prabowo Tinju Meja di Depan Ulama

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tingkah laku calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto selama masa kampanye Pilpres 2019 kerap mengundang kontroversial. Yang terbaru adalah beredarnya tulisan mantan penasihat Persaudaraan Alumni 212 Usamah Hisyam, yang menyebut Prabowo meninju meja saat diadakannya forum Dewan Penasihat PA 212.

Pukulan di meja itu dilakukan karena memprotes keislamannya dipertanyakan. Sontak tulisan Usamah viral di twitter dan situs muslimobsession.

Usamah pun mengaku tulisan yang diberi judul ‘Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah’ adalah miliknya. Dalam tulisan tersebut, Usamah juga menjelaskan alasannya mundur dari PA 212.

Namun, perihal Prabowo meninju meja ditegaskannya bukan alasan utamanya mundur dari PA 212.”Tulisan saya itu benar, tapi intisarinya bukan itu kan. Itu betul tulisan saya. Firmed saya yang nulis,” kata Usamah di Jakarta, Rabu 19 Desember 2018.

Ia menegaskan mundur, karena PA 212 sudah jadi bagian dari timses salah satu calon presiden. Dalam cerita versi Usamah yang viral itu, dia bercerita bahwa dia ingin memperjuangkan calon pemimpin yang benar-benar kaffah (sepenuhnya) sebagai muslim.

Termasuk menginginkan Habib Rizieq Syihab maju pilpres, namun menurutnya Habib Rizieq menolak. Saat forum Dewan Penasihat PA 212, Usamah mengaku ada ulama yang berbisik kepadanya mengenai calon pemimpin muslim yang kaffah.

Menurutnya, ada ulama yang berkata kepadanya bahwa argumentasinya benar, tapi ada kecurigaan bahwa dia menolak Prabowo. “Masya Allah, kita mau bahas ijtima’ ulama kok malah suuzhon? Bahas dulu figur yang memenuhi kriteria pemimpin muslim kaffah, baru bicara Jokowi. Bukankah lemah di mata manusia, belum tentu di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala?” kata Usamah dalam tulisannya.

Semua ketegangan bermula sesaat setelah jeda forum berakhir tepat pukul 19.30 WIB. Seluruh Penasihat PA 212, disebut Usamah, kembali ke ruang rapat. Tak lama berselang, lanjut Usamah dalam tulisannya, Prabowo Subianto masuk ke ruang rapat, menyusul sejumlah Sekjen Partai seperti Ahmad Muzani (Gerindra), Eddy Soeparno (PAN), dan Afriansyah Ferry Noor (PBB).

Setelah Amien Rais mencabut skorsing rapat, masih menurut Usamah, Amien mempersilakan Prabowo Subianto untuk berbicara. Saat itu Ketua Umum Gerindra tersebut diminta memberikan penjelasan apa yang akan diperjuangkan bila didukung PA 212.

Namun, Usamah mengatakan reaksi Prabowo di luar dugaan. “Di luar dugaan, pada mukadimah, Prabowo bicara kencang. Dengan nada suara tinggi, ia memprotes pihak-pihak yang meragukan kualitas keislamannya, ibadahnya, kemampuannya mengaji dan menjadi imam shalat. Yang sangat mengejutkan, ia berbicara sambil meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju, sehingga para ulama dan tokoh-tokoh yang hadir terperangah. Suasana menjadi tegang,” tulis Usamah dalam situs muslimobsession.

“Sampai presentasi Prabowo selesai, forum rembuk Dewan Penasihat 212 itu pun tak pernah lagi membahas rekomendasi pencalonan Prabowo Subianto. Pertemuan malam itu seakan-akan menjadi legitimasi bahwa PA 212 secara resmi merekomendasikan Prabowo Subianto. Tak ada lagi musyawarah, apalagi voting. Saya juga tak bisa berbuat apa pun lagi. Kecuali terpekur, bagaimana bila suasana rapat kabinet seperti itu? Wallahu a’lam. Akhirnya, Ijtima’ Ulama 1 berlangsung secara mulus mengajukan nama tunggal Prabowo sebagai capres. Sejumlah ustadz dan tokoh pergerakan Islam yang dianggap akan memperjuangkan HRS dan akan menolak pencalonan Prabowo, tak memperoleh undangan sebagai peserta ijtima’ ulama. Mereka dianggap barisan yang hendak menggagalkan pencalonan Prabowo. Mereka tak diundang dalam ijtima ulama, termasuk saya. Itulah permainan politik tingkat tinggi panitia dengan menggunakan baju ijtima’ ulama,” kata Usamah masih dalam tulisannya.

Usamah lalu berbicara soal Ijtimak Ulama I yang menurutnya digunakan untuk kepentingan memenangkan Prabowo sebagai capres. “Dalam Ijtimak Ulama juga protes, seperti dalam tulisan saya, nggak usah saya baca lagi, kamu bacalah tulisan saya itu, saya protes standar pemimpin yang harus dipenuhi dalam sebuah ijtimak ulama itu harus sesuai Alquran dan sunah. Standar pemimpin muslim ya, dalam sebuah ijtimak, waktu itu kan kita ada calonnya Prabowo, Habib Rizieq, ada Zulkifli Hasan, ada Yusril Ihza, ada Tuan Guru Bajang. Masak dari 5 itu kemudian Prabowo yang dianggap memenuhi standar Ijtimak Ulama. Kalau perhitungannya ijtimak politik, boleh Prabowo,” kata Usamah.

Semetara Kadiv Hukum PA 212 Damai Hari Lubis menegaskan dirinya tak pernah mendengar dan melihat kejadian yang dimaksud Usamah. Menurut dia, ada kepentingan pribadi Usamah terkait tulisan tersebut.

Senada, anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menilai bahwa tulisan Usamah sama sekali tidak benar. Bahkan, Andre mempertanyakan kredibilitas tulisan tersebut lantaran menurutnya Usamah Hisyam punya latar belakang sebagai pendukung capres petahana Joko Widodo.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close