HeadlineNews

Waspada! Ada Dua Patahan Aktif Bakal Guncang Surabaya

MATA INDONESIA, SURABAYA-Hampir di seluruh wilayah Indonesia berpotensi mengalami bencana gempa, salah satunya wilayah Surabaya. Tercatat ada dua patahan aktif yang melintas dan bisa menyebabkan gempa.

“Kedua patahan yang dimaksud yakni patahan Surabaya dan patahan Waru,” ujar Pakar geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo.

Adanya dua patahan aktif tersebut membuat Amien tertarik untuk meneliti kondisi tanah di Kota Pahlawan ini. Penelitian ini ditujukan sebagai sarana mitigasi agar bisa menekan kerugian baik materiil ataupun nonmateriil jika gempa tersebut nantinya benar-benar terjadi di Surabaya.

Patahan Surabaya kata dia meliputi kawasan Keputih hingga Cerme. Sedangkan patahan Waru yang lebih panjang lagi melewati Rungkut, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Saradan, bahkan sampai Cepu. “Kita harus memetakan dampak akibat gempa yang dihasilkan,” katanya.

Selain dipengaruhi kuat oleh struktur bangunan, kondisi tanah juga menjadi parameter untuk melihat efek yang ditimbulkan oleh gempa. Sebab, tanah memiliki karakteristik yang berbeda saat dikenai beban gempa tersebut.

“Tanah memiliki karakter sendiri saat terkena gempa, mereka bisa saja mengalami likuifaksi ataupun amplifikasi,” ujarnya.

Likuifaksi merupakan peristiwa yang terjadi pada tanah yang memiliki lapisan pasir. Di dalam tanah tersebut terdapat air dalam kondisi jenuh yang kemudian akan mendorong ke atas dan mengakibatkan pasir dan air langsung keluar.

“Untuk kawasan Surabaya Timur dan Utara yang jenis tanahnya berupa endapan rawa lebih berpotensi untuk mengalami amplifikasi. Di mana amplifikasi tersebut merambat melalui tanah yang lunak dan menghasilkan amplitudo yang besar,” katanya.

Ditanya mengenai cara pencegahannya, Amien mengataan, pemadatan tanah menjadi salah satu hal yang solutif untuk dilakukan. Selain itu, penggunaan fondasi tiang pancang pada bangunan bertingkat juga bisa dilakukan untuk mengurangi dampak dari amplifikasi.

“Sebenarnya sudah banyak yang tahu kalau kualitas tanah di Surabaya kurang baik. Hal itu terlihat dari tingginya pengurukan tanah sebelum membuat bangunan,” katanya. (Tiar Munardo)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close