News
Waspada! Bahan Kimia Berbahaya Ditemukan di Popok Bayi

MATA INDONESIA, JAKARTA-Kebutuhan akan penggunaan popok bayi memang sangat tinggi, karena selain praktis popok bayi juga mempermudah ibu muda untuk mengurus bayinya sehari-hari. Namun, baru-baru ini Badan kesehatan nasional Prancis, Anses, mengatakan telah menemukan bahan kimia dalam popok bayi yang melebihi tingkat keamanan.
Hasil tes menemukan adanya zat yang berada di atas ambang batas keamanan sehingga berpotensi membahayakan kesehatan. Dalam tingkat yang lebih rendah, tim peneliti menemukan pula bahan kimia senyawa glifosat (weedkiller glyphosate) untuk penghilang rumput liar yang keberadaannya masih kontroversial.
Anses mengatakan uji coba terhadap popok bayi ini merupakan yang pertama terhadap popok jenis tertentu di dunia. Badan ini kemudian menyerukan agar dilakukan tindakan cepat guna dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin ditimbulkan bahan kimia tersebut pada bayi.
Kesimpulan penelitian Anses menyebutkan telah mendeteksi sejumlah bahan kimia berbahaya dalam popok sekali pakai yang dapat bermigrasi melalui urin, misalnya, dan masuk dalam kontak berkepanjangan dengan kulit bayi.
Terungkap pula bahwa ada sejumlah bahan kimia yang ditambahkan dengan sengaja pada popok, seperti parfum yang dapat menyebabkan alergi pada kulit.
Kemungkinan lainnya bahan pembuatan popok itu merupakan bahan yang terkontaminasi. Di antara bahan kimia yang ditemukan melebihi ambang batas keamanan adalah parfum Lilial dan Lyral, dan hidrokarbon aromatik, dioksin, dan furan.
Namun demikian, Menteri Kesehatan Prancis Agns Buzyn mengatakan keberadaan popok bayi tidak ada berisiko serius atau langsung terhadap kesehatan bayi, “Jelas kami harus terus memakai popok pada bayi kami. Kami sudah melakukan itu selama setidaknya 50 tahun,” katanya kepada kantor berita AFP.
Tetapi pernyataan bersama oleh para menteri kesehatan, keuangan dan lingkungan mengatakan pemerintah telah memberi tenggat waktu 15 hari kepada produsen popok agar membuat rencana aksi yang bertujuan menghilangkan zat beracun.
Sementara, Buzyn mengatakan pemerintah menerima permintaan penundaan dari produsen popok hingga enam bulan ke depan agar ada perubahan metode produksinya.